Tanggal 21-22 Juli lalu. PB PII dan PB HMI (MPO) menjadi penyelenggaran bagi Annual General Meeting of Persatuan Pelajar Islam Asia Tenggara (PEPIAT). Saya dipercaya menjadi Steering Committee bagi cara itu mewakili PII. Di SC sendiri ada Sdr. Muzakir Djabbir (Ketum PB HMI) dan Sdr. Muhammad Bukhari Alias (Setia Usaha Agung Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia/PKPIM).
PEPIAT sebenarnya adalah asset lama yang telah lama tidak mendpat perhatian. Bermula sebagai Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT) pada tahun 60-an, di tahun 70-an PEMIAT mulai melemah dan mengalami stagnasi pada tahun 80-an. Oleh karena itu, PKPIM melalui Presidennya kala itu, Mustaffa Kamil Ayub mengusulkan reaktifikasi sebuah persatuan bagi pelajar Islam di Asia Tenggara. Sehingga kemudian berhimpunlah tiga ormas PII, HMI dan PKPIM menjadi pendiri dan sekaligus anggota penuh PEPIAT sampai saat ini. Selain tiga anggota penuh, PEPIAT juga mempunyai beberapa anggota sementara yang masih berstatus pemerhati.
Untuk mengisi acara itu, diundanglah tokoh dari Malaysia. Bang Mus (Mustaffa Kamil Ayub) bahkan menghabiskan tiga hari nya bersama kami di arena AGM di Jakarta. Tokoh yang juga diundang adalah Dato’ Seri Anwar Ibrahim (DSAI), mantan Timbalan Perdana Menteri Malaysia dan sekaligus tokoh reformasi di Malaysia.
Menghadirkan Pak Anwar bukanlah untuk gagah-gagahan kendati juga menjadi semacam prestise bagi kami. DSAI adalah tokoh yang memang benar-banar dibesarkan dari rahim gerakan. Bukan tokoh yang begitu besar lalu menumpang dan menunggangi gerakan. DSAI memulakan gerakannya sebagai anggota PKPIM tahun 60-an sampai akhirnya menjadi Presiden PKPIM selama tiga sesion (tiga tahun). Tahun 1974-1982, beliau menjabat sebagai Presiden Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Karena aktivitas inilah Anwar menjadi murid dari Allahuyarham Mohammad Natsir (Mantan Perdana Menteri RI/Ketum Partai Masjumi) dan mempunyai sahabat akrab sesama aktivis di Indonesia. Kepada kami beliau menyebut nama Taufiq Ismail, Adi Sasono, Fahmi Idris, AM. Fatwa dan sederet nama beken di Indonesia.
Apa yang membuat saya terkesan dengan Anwar? Pertama tentang pemikiran dan keteguhannya. Anwar pernah dipenjara ketika menjadi Presiden ABIM dan telah pula dipenjara selepas dipecat sebagai Timbalan Perdana Menteri. Hampir semua orang sepakat, Anwar begitu bersinar saat ia dipecat. Pemikirannya tentang Asia Renaisance telah membuatnya menjadi bintang di Asia Tenggara bahkan dunia. Hampir pasti bahwa Malaysia akan dipimpin oleh Perdana Menteri Anwar Ibrahim. Namun apa hendak dikata, DR. Mahathir tak rela berbagi kebintangan. Telalu banyak dua mentari di satu negara terjadilah ketragisan itu.
Anwar telah mengesankan saya dengan kesederhanaan dan keakrabannya. Ketika berbicara, ia tersenyum tulus dan merangkul dengan hangat. Saya berbincang dengannya merasa sangat dihargai. Saya belum pernah merasakan kehangatan yang sama sebelumnya dengan tokoh dari Indonesia
Kami berbincang dengan tenang tentang kebangkitan Asia, tentang Badawi dan kebijakan politik Malaysia dan –tak lupa- nostalgia ketika masih menjadi aktivis PKPIM-ABIM.
PM Malaysia saat ini, Abdullah Badawi mengajurkan suatu model Islam yang dinamakannya sebagai Islam Hadhari. Pak Anwar menyunggingkan senyum seraya berujar kepada kami, “Macam mana boleh, Islam itu ya Islam tak ada Islam Hadhari.” Beliau melanjutkan dengan mensitir Muqadimah Ibnu Khaldun, “Yang ada dalam kajian Ibnu Khaldun adalah Umran Hadhari dan Umran Badawi. Masyarakat menetap (Hadhari) dan Masyarakat nomaden yang masih primitif (Badawi). Menurut Khaldun, hanya Umran Hadhari lah yang bisa membentuk peradaban sementara Umran Badawi tidak. Khaldun menganggap rendah Umran Badawi. Nah Abdullah Badawi mengira ada Islam Hadhari yang menurutnya maju, memikirkan pendidikan dan lain-lain.” Agak tersenyum ia melanjutkan, “Wajar saja kalau Abdullah Badawi tidak tahu, karena ia Badawi, bukan Hadhari, ia maih Badawi dan mencoba menjadi orang Hadhari.” Serta merta ketawa kami meledak di ruang VIP Soekarno Hatta Airport.
Pak Anwar juga mengatakan bahwa sebagai muslim, kita jangan sampai terperangkan dalam polarisasi Islam dan Barat. Kita harus bisa mengambil segala yang baik tanpa perlu terstigmatisasi sebagai Barat atau Timur.
Di akhir acara AGM PEPIAT, Pak Anwar berkenan menutup secara resmi. Bedanya, kalau tokoh Indonesia menutup acara dengan “ALHAMDULILLAH” maka Pak Anwar menutupnya dengan “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”. Kenapa Ya?
PEPIAT sebenarnya adalah asset lama yang telah lama tidak mendpat perhatian. Bermula sebagai Persatuan Mahasiswa Islam Asia Tenggara (PEMIAT) pada tahun 60-an, di tahun 70-an PEMIAT mulai melemah dan mengalami stagnasi pada tahun 80-an. Oleh karena itu, PKPIM melalui Presidennya kala itu, Mustaffa Kamil Ayub mengusulkan reaktifikasi sebuah persatuan bagi pelajar Islam di Asia Tenggara. Sehingga kemudian berhimpunlah tiga ormas PII, HMI dan PKPIM menjadi pendiri dan sekaligus anggota penuh PEPIAT sampai saat ini. Selain tiga anggota penuh, PEPIAT juga mempunyai beberapa anggota sementara yang masih berstatus pemerhati.
Untuk mengisi acara itu, diundanglah tokoh dari Malaysia. Bang Mus (Mustaffa Kamil Ayub) bahkan menghabiskan tiga hari nya bersama kami di arena AGM di Jakarta. Tokoh yang juga diundang adalah Dato’ Seri Anwar Ibrahim (DSAI), mantan Timbalan Perdana Menteri Malaysia dan sekaligus tokoh reformasi di Malaysia.
Menghadirkan Pak Anwar bukanlah untuk gagah-gagahan kendati juga menjadi semacam prestise bagi kami. DSAI adalah tokoh yang memang benar-banar dibesarkan dari rahim gerakan. Bukan tokoh yang begitu besar lalu menumpang dan menunggangi gerakan. DSAI memulakan gerakannya sebagai anggota PKPIM tahun 60-an sampai akhirnya menjadi Presiden PKPIM selama tiga sesion (tiga tahun). Tahun 1974-1982, beliau menjabat sebagai Presiden Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Karena aktivitas inilah Anwar menjadi murid dari Allahuyarham Mohammad Natsir (Mantan Perdana Menteri RI/Ketum Partai Masjumi) dan mempunyai sahabat akrab sesama aktivis di Indonesia. Kepada kami beliau menyebut nama Taufiq Ismail, Adi Sasono, Fahmi Idris, AM. Fatwa dan sederet nama beken di Indonesia.
Apa yang membuat saya terkesan dengan Anwar? Pertama tentang pemikiran dan keteguhannya. Anwar pernah dipenjara ketika menjadi Presiden ABIM dan telah pula dipenjara selepas dipecat sebagai Timbalan Perdana Menteri. Hampir semua orang sepakat, Anwar begitu bersinar saat ia dipecat. Pemikirannya tentang Asia Renaisance telah membuatnya menjadi bintang di Asia Tenggara bahkan dunia. Hampir pasti bahwa Malaysia akan dipimpin oleh Perdana Menteri Anwar Ibrahim. Namun apa hendak dikata, DR. Mahathir tak rela berbagi kebintangan. Telalu banyak dua mentari di satu negara terjadilah ketragisan itu.
Anwar telah mengesankan saya dengan kesederhanaan dan keakrabannya. Ketika berbicara, ia tersenyum tulus dan merangkul dengan hangat. Saya berbincang dengannya merasa sangat dihargai. Saya belum pernah merasakan kehangatan yang sama sebelumnya dengan tokoh dari Indonesia
Kami berbincang dengan tenang tentang kebangkitan Asia, tentang Badawi dan kebijakan politik Malaysia dan –tak lupa- nostalgia ketika masih menjadi aktivis PKPIM-ABIM.
PM Malaysia saat ini, Abdullah Badawi mengajurkan suatu model Islam yang dinamakannya sebagai Islam Hadhari. Pak Anwar menyunggingkan senyum seraya berujar kepada kami, “Macam mana boleh, Islam itu ya Islam tak ada Islam Hadhari.” Beliau melanjutkan dengan mensitir Muqadimah Ibnu Khaldun, “Yang ada dalam kajian Ibnu Khaldun adalah Umran Hadhari dan Umran Badawi. Masyarakat menetap (Hadhari) dan Masyarakat nomaden yang masih primitif (Badawi). Menurut Khaldun, hanya Umran Hadhari lah yang bisa membentuk peradaban sementara Umran Badawi tidak. Khaldun menganggap rendah Umran Badawi. Nah Abdullah Badawi mengira ada Islam Hadhari yang menurutnya maju, memikirkan pendidikan dan lain-lain.” Agak tersenyum ia melanjutkan, “Wajar saja kalau Abdullah Badawi tidak tahu, karena ia Badawi, bukan Hadhari, ia maih Badawi dan mencoba menjadi orang Hadhari.” Serta merta ketawa kami meledak di ruang VIP Soekarno Hatta Airport.
Pak Anwar juga mengatakan bahwa sebagai muslim, kita jangan sampai terperangkan dalam polarisasi Islam dan Barat. Kita harus bisa mengambil segala yang baik tanpa perlu terstigmatisasi sebagai Barat atau Timur.
Di akhir acara AGM PEPIAT, Pak Anwar berkenan menutup secara resmi. Bedanya, kalau tokoh Indonesia menutup acara dengan “ALHAMDULILLAH” maka Pak Anwar menutupnya dengan “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”. Kenapa Ya?
0 Comments