
Bangsa Iran merupakan suatu bangsa dengan sejarah sangat panjang dengan nama Persia. Ribuan tahun yang lalu Persia adalah salah satu adikuasa di dunia bersama dengan kekaisaran Romawi. Dua negara ini selalu bersaing untuk memperebutkan pengaruh baik secara militer mapupun politik. Dari segi militer, pertentangan dua negara besar ini terabadikan dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum yang mengisahkan perebutan tapal batas yang selalu bergolak dan tidak pernah bisa ditetapkan secara pasti. Seperti persaingan di dunia modern, masing-masing negara menciptakan negara-negara boneka di perbatasan untuk mengamankan pusat kekuasaan. Bangsa Romawi menempatkan Bani Ghassan sebagai sekutu mereka sementara Persia menempatkan Bani Lakhmid.
Persaingan dua negara ini tdak hanya melulu persaingan politik. Secara budaya, terdapat perbedaan yang secara nyata juga menjadi sebab suatu suku kecil memilih bersekutu dengan yang mana. Bangsa Persia mewarisi ajaran Majusi Zoroaster yang menyembah Api. Sedangkan bangsa Romawi sejak masa Kaisar Constantine memeluk agama Nasrani. Oleh karena itu, kaum Muslimin di Mekkah memilih berpihak kepada Romawi karena sama-sama menganut ajaran samawi.
Pengaruh kedua poros budaya ini juga semakin terasa saat kekuasaan Islam semakin meluas. Raja Dinasti Umayyah pertama, Muawwiyah bin Abu Sufyan yang berkuasa dari Damaskus (bekas wilayah kekuasaan Romawi) lebih cenderung menggunakan pola yang mirip dengan Romawi. Sementara dinasti yang datang kemudian, Abbasiyah, cenderung untuk menggunakan model Persia. Raja kedua Abbasiyah, Abu Ja'far Al Manshur, bahkan memindahkan pusat kerajaannya ke kota Baghad yang baru didirikan di dekat Cresiphon, bekas Ibu Kota Persia.
Persia menjadi menarik karena daerah ini paling cepat ditaklukan oleh bala tentara Islam di bawah pimpinan Khalifah Umar bin Khattab r.a dan dengan cepat pula menjadi bagian dari Islam. Kedatangan agama baru ini langsung diterima masyarakat dan segera menggeser agama Majusi. Pada Zaman Abbasiyah, Dinasti Buwaih yang Persia, pernah menjadi penguasa Baghdad dan menjadikan Raja Abbasiyah hanya sebagai simbol saja.
Walaupun terlah ter-Islam-kan, bangsa Persia ternyata tak pernah bisa ter-Arab-kan. Lihatlah diantara negeri-negeri awal yang pernah ditaklukan, hanya Persia yang tetap menggunakan bahasa Persia. Palestina, Lebanon, Damaskus, Transyordan yang tadinya berbahasa Aramaik menjadi berbahasa Arab. Mesir yang berbahasa Qibthi, sekarang berbahasa Arab bahkan sampai ke Sudan, Libya, Tunisia dan Maghribi semuanya berbahasa Arab dan menamakan diri mereka dengan Republik Arab (Mis: Rep. Arab Mesir, Rep. Arab Sudan, Rep. Arab Libya, dll). Tapi tidak demikian dengan Persia. Sampai saat ini Iran yang merupakan kelanjutan Persia tetap menganggap diri mereka bukan Arab dan tidak menggunakan Bahasa Arab. Dalam pertemuan-pertemuan Liga Arab, Iran hanyalah peninjau sama dengan Indonesia.
Pada tahun 1979, melalui sebuah revolusi, Iran mencengangkan dunia. Beberapa hari sebelum Revolusi, Dinas Intelejen Amerika (CIA) menganalisa bahwa posisi Shah Muhammad Reza Pahlevi (penguasa Iran, Antek Amerika saat itu) akan aman setidaknya dalam sepuluh tahun ke depan. Namun ternyata, selang beberapa hari kemudian, pembangkangan massal yang dipimpin oleh Khomeini dengan serta merta menumbangkannya. Inilah yang membuat para analis dan sosiolog terpaksa mengkaji ulang berbagai teori revolusi yang selama ini diyakini.



Sementara Sayyid Yasir Khomeini tidak bicara banyak tentang politik. Beliau hanya menjelaskan beberapa kisah teladan dari Imam Ali khususnya saat peristiwa Khandaq dan saat Tahkim dengan Muawwiyah.
1 Comments
Revolusi Iran tahun 1979 adalah tumbangnya kekuasaan monarki dinasti Pahlevi
ReplyDelete