Melihat Jumatan Kaum Sunni di Depok

Dua minggu yang lalu penulis berkesempatan mengamati bagaimana kaum Syiah di Jakarta melaksanakan Shalat Jumat. Laporan pengamatannya ada di link ini.

Kali ini penulis berkesempatan untuk melihat dari dekat seperti apa Shalat Jumat kaum Sunni di Indonesia salah satunya di Depok.

Sekte Sunni adalah salah satu sekte terbesar di dalam Islam. Sekitar 80-90 persen Muslim di dunia ini adalah penganut Sunni. Kecuali di Iran, Azerbaijan, Iraq, Bahrain, dan Lebanon, Sunni adalah mayoritas di semua negeri-negeri Islam. Oleh karena itu untuk menemukan rumah ibadah sekte ini tidaklah terlalu sulit.

Di balik besarnya jumlah penganut sekte ini, keragaman mereka juga banyak. Secara tradisional ada 4 mazhab fiqh dominan yang dianut oleh mereka. Mazhab Hanafi adalah mazhab dominan di daerah-daerah Asia Utara dan Tengah, Mazhab Maliki di Afrika Utara, Mazhab Syafii di Arab Selatan hingga Asia Tenggara, dan Mazhab Hanbali yang dominan di Jazirah Hijaz dan Najd. Namun dalam modernisasi belakangan muncul pula sub-sekte baru yang tidak menisbatkan diri kepada salah satu dari 4 mazhab Sunni tersebut dan mengklaim sebagai gerakan tajdid.

Ilustrasi Jumatan (Sumber : Anadolu Agency)

Di Indonesia yang kebanyakan muslimnya berasal dari Sekte Sunni, tidaklah terlalu sulit untuk menemukan kegiatan Jumatan mereka. Pada Jumatan kali ini penulis mengunjungi salah satu masjid di Depok untuk mengamati bagaimana shalat Jumat dalam sekte ini. Namun kali ini penulis tidak bisa menampilkan potretnya karena penulis turut serta beribadah bersama jamaah sehingga tidak sempat untuk mengambil gambar.

Begitu tiba di gerbang masjid, kening penulis ditodong dengan termometer oleh petugas. Setelah memastikan suhu tubuh aman, penulis dipersilakan masuk sambil membersihkan tangan dengan hand sanitizer. Ini protokol Jumatan di era covid19.

Apabila penulis memasuki masjid, di bagian dalam sudah dipenuhi oleh jamaah yang duduk secara renggang. Untungnya di teras luar masih ada ruang renggang yang kosong. Penulis menghamparkan sajadah di teras itu.

Setelah azan, khatib memulai khutbahnya. Khatib memakai gamis putih dan tidak bertongkat. Ia berdiri di mimbar yang mirip undakan anak tangga. Isi khutbahnya tentang Surah ar Rum. Menurut khatib, surah Rum diturunkan karena bangsa Rum mengalahkan bangsa Persia. Lalu nanti bangsa Persia dan Rum ditaklukkan oleh Islam. Bangsa Persia runtuh dalam perang Qadisiyah, bangsa Rum ditaklukkan oleh Mehmet Fatih dan mengubah Gereja Hagia Sophia menjadi masjid. Kemudian datanglah masa kegelapan saat Masjid Hagia Sophia ditutup dan sekarang dibuka kembali oleh Erdogan.

Khutbah berlangsung dua kali. Di antara dua khutbah, khatib duduk dan jamaah hening. Di khutbah kedua, Khatib menutupnya dengan doa.

Di ujung khutbah khatib berseru "Aqimish Shalah.." lalu turun dari mimbar. Muazzin membacakan iqamah lantas Khatib mengambil posisi imam.

Shalat berlangsung dua rakaat. Di rakaat pertama Imam hening sejenak setelah Takbiratul Ihram kemudian membaca Hamdalah dan selanjutnya bacaan-bacaan Al Fatihah. Di ujung Al Fatihah jamaah koor mengucap "Amiiin" secara nyaring. Selanjutnya Imam membaca satu surah pendek. Penulis tidak mendengar ucapan basmalah.

Setelah membaca surah pendek dilanjutkan dengan rukuk, iktidal, sujud, duduk antara dua sujud, sujud lagi kemudian berdiri untuk rakaat kedua. Gerakan rakaat kedua sama dengan rakaat pertama. Setelah rakaat kedua dilanjutkan duduk tasyahud dan salam. 

Selama Shalat, penulis mendengar bacaan Imam untuk Alfatihah dan surah pendeknya. Penulis tidak dapat mendengar apa yang dibaca saat rukuk, iktidal, sujud, duduk antara dua sujud, dan tasyahud karena Imam membaca secara berbisik. Barulah saat salam penulis dapat kembali mendengar suara Imam.

Sehabis salam, jamaah melakukan aktifitas masing-masing. Ada yang berdoa dan ada pula yang langsung berdiri meninggalkan tempat. Setelah penulis melihat Imam dan Khatib berdiri meninggalkan tempat, penulis pun turut berdiri meninggalkan tempat. Sayang sekali penulis tidak dapat mewawancarai mereka.

Demikianlah perjalanan mengamati Shalat Jumat di komunitas Kaum Sunni kali ini. Dari pola ibadahnya penulis menduga Jumatan ini menggunakan pola kaum modernis.

Mudah-mudahan di waktu yang lain penulis dapat pula mengamati bagaimana Jumatan di komunitas kaum Sunni tradisionalis.

Post a Comment

0 Comments

Recent Posts